Salah satu
keindahan dalam teknik jaringan komputer adalah kemampuannya untuk men-sharing akses Internet dengan tetangga maupun sekitar-nya. Konsekuensi dari menshare
akses Internet ke tetangga ini adalah biaya akses menjadi murah. Bayangkan
akses Unlimited (tanpa batas) TelkomNet ADSL Speedy yang harganya sekitar Rp.
3.8 juta / bulan, jika kita bagi ke 20 tetangga, maka sebetulnya per rumah
hanya membutuhkan biaya sekitar Rp. 200.000 / bulan untuk mengakses Internet 24
jam tentunya pada kecepatan 64K/512K yang di share oleh 20 tetangga.
Selama tetangga
kita bukan sebuah WARNET, maka sebetulnya aktifitas penggunaan Internet yang di
share tersebut tidak terlalu membebani jaringan. Pengalaman saya mengoperasi
Internet 24 jam di rumah yang di share dengan tetangga tidaklah terlalu
membebani jaringan Internet karena akses Internet paling hanya di gunakan untuk
membaca e-mail terutama pada sore hari hingga malam pada saat orang pulang dari
kerja.
WARNET akan
merupakan momok di sebuah RT/RW-net karena trafic Internet sebuah WARNET sangat
padat karena orang yang datang ke WARNET akan betul-betul memanfaatkan akses
Internet yang dia beli di WARNET. Jadi tidak terlalu di sarankan untuk menshare
akses Internet di sebuah RT/RW-net dengan sebuah WARNET karena traffic-nya akan
habis di makan oleh WARNET.
Pada kesempatan ini saya akan membahas secara singkat beberapa alternatif konfigurasi jaringan RT/RW-net yang
sering digunakan :
Teknik share akses untuk RT/RW-net
sebetulnya sama dengan teknik share akses yang digunakan di WARNET-WARNET.
Bahkan jika kita perhatikan beberapa router ADSL, sebetulnya internal
router ADSL tersebut telah di siapkan untuk melakukan share akses Internet
untuk Small Office Home Office.
- Kebanyakan dari kami di lapangan menggunakan Linux sebagai sistem operasi router untuk share akses Internet di sebuah RT/RW-net karena banyak fasilitas tambahan yang dapat kita kembangkan dari sebuah mesin linux, seperti, memberikan servis e-mail atau Web bagi sebuah RT maupun untuk meningkatkan pertahanan jaringan. Jika kita ingin bertindak agat ekstrim sebetulnya kita dapat dengan mudah menginstall sentral telepon Internet di mesin Linux, seperti, www.gnugk.org atau www.asterisk.org, dan memfungsikannya sebagai proxy internet telepon.
- Alternatif paling sederhana dan paling murah untuk menyambungkan rumah-rumah tetangga kita adalah menggunakan sambungan UTP LAN. Paling menguntungkan jika kita dapat bekerja sama dengan sebuah kompleks perumahan / real estate. Agar kabel UTP aman dari gangguan cuaca, teknik yang paling mudah adalah dengan memasukan kabel UTP tersebut kedalam pipa pralon dan menyalurkannya di badan got / gorong-gorong di sebuah kompleks perumahan. Jarak tempuh kabel UTP terbatas sekitar 100 meter saja, oleh karena-nya setiap 100 meter harus di pasang hub yang juga berfungsi sebagai repeater kabel jaringan.
- Alternatif lain yang dapat digunakan di sebuah RT/RW-net adalah dengan membangun sebuah Access Point 2.4GHz dan men-share akses Internet unlimited tersebut dengan tetangga dalam jarak 1-3 km dari rumah kita. Ketinggian tower sekitar 5 meter di atas atap lebih dari cukup keperluan mencakup 1-3 km.
Pertanyaan yang
akan menjadi momok bagi para penyelenggara RT/RW-net adalah masalah ijin dari
RT/RW-net. Jawaban singkat-nya peraturan di Indonesia belum tahu apa itu
RT/RW-net, bahkan WARNET-pun belum ada perangkat hukumnya.
Kalau kita
mengacu pada UU 36/1999 akan lebih parah lagi. Di UU 36/1999 tidak ada sama
sekali di bahas tentang Internet. Tapi mengacu pada KEPMEN 21/2001 tentang jasa
telekomunikasi pasal 46 (1), dan pasal 47 (2), akan terbaca jelas bahwa Small
Office Home Office (SOHO) tidak memerlukan ijin dari regulator / POSTEL. Hanya
saja di situ tidak di bahas sama sekali kalau jaringan tersebut merupakan jaringan
dari Small Office Home Office (SOHO-Net) atau RT/RW-net.
terima kasih atas perhatiannya semoga bermanfaat.
tunggu postingan selanjutnya yaa !!
0 comments:
Post a Comment